Penulis : Nabilla Ariessa, S.Pd – Guru SMP Negeri 2 Cilacap
Seringkali kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat, dan hanya mendengar apa yang ingin kita dengar. Hal tersebut tidaklah membantu seorang guru mewujudkan kesuksesan dalam pembelajaran. Seorang guru haruslah berhati lapang dalam menerima kodrat Individu siswanya dari segala kekurangan dan kelebihannya, gaya belajar seperti apa yang mereka suka dan bentuk motivasi seperti apa yang dapat mereka terima. Kita sedang menikmati kebijakan zonasi dengan tidak memilih murid secara 100 persen dari prestasinya. Disini keahlian seorang guru diuji dimana tidak memaksakan tanaman padi untuk tumbuh menjadi tanaman jagung, tidak memaksakan pohon kelapa untuk tumbuh menjadi pohon pinus.
Seringkali kita melihat seorang anak dimarahi guru dan orang tuanya karena sibuk bermain game, sibuk berjoget di aplikasi tik tok, atau sibuk membaca komik. Anak yang tertunduk ketika dimarahi bukanlah satu satunya muara pertemuan antara keinginan guru dan keinginan siswa. Alangkah indahnya kita sebagai guru mendesain titik temu proses pembelajaran yang mengikuti zaman nya, dunianya generasi Z . Seperti anak yang pemalu bisa membuat pertanyaan lewat aplikasi Jamboard atau Idea Flip . Penunjukan giliran presentasi di depan kelas dengan aplikasi wheel of names, pengemasan hasil pencarian informasi dan telaah berupa karya berdiferensiasi dengan selebaran , mind map, pesentasi, komik dengan aplikasi canva atau video tik tok berkonten materi pelajaran .Melakukan evaluasi materi dengan game menarik di laptop maupun android yang dibuat oleh guru melalui aplikasi worldwall game.
Semangat belajar dan semangat berkarya sangat terlihat dan begitu terasa , Mereka seperti menemui kesegaran dengan menjumpai oase ilmu untuk diselami, setelah menempuh panas dan hampanya penyampaian pembelajaran yang begitu mendoktrin. Itulah sepenggal pengalaman mencari jalan ‘ damai ‘ dengan generasi Z untuk mampu mengalihkan kesia-sian waktu dengan ber IT nihil kualitas sebagai pembelajar menjadi Seseorang yang mencintai pelajaran, menyelami ilmu dan budi pekerti dengan melibatkan IT bahkan adanya dorongan untuk bermimpi suatu saat nanti dapat menciptakan sistem / aplikasi untuk memperkaya jalan untuk menyelami ilmu yang didapat dan dengan perasaan yang bahagia.
Siswa tidak membutuhkan guru yang sempurna. Siswa membutuhkan seorang guru yang bahagia. Siapa yang akan membuat mereka bersemangat untuk datang ke sekolah dan menumbuhkan kecintaan untuk belajar. Mari sambut gembira segala kebijakan daan perubahan dengan keihlasan dan semangat juang untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat demi mencetak orang –orang hebat dimasa yang akan datang.